Sunday, May 27, 2012

Rosario St. Rafael

Rosario St. Rafael

St. Rafael adalah salah satu dari tiga malaikat agung, yaitu para malaikat istimewa yang melayani takhta Allah. Dua malaikat agung lainnya yaitu St. Mikhael, sang panglima bala tentara surgawi dan St. Gabriel, sang pembawa kabar sukacita inkarnasi.
Nama Rafael berasal dari bahasa Ibrani “rapha” yang artinyanya menyembuhkan dan “El” yang artinya Allah. Maka nama Rafael bisa berarti “Allah menyembuhkan”, “penyembuhan Allah” atau “penyembuh Ilahi”.
Dalam tradisi iman Katolik, St. Rafael merupakan malaikat penyembuh dan malaikat pelindung serta penuntun perjalanan. Ia juga dipercaya sebagai penolong bagi orang-orang yang mencari pasangan hidup dan penolong dari kekuatan jahat.
Semua peranan St. Rafael itu digambarkan secara jelas dalam Kitab Tobit. Kitab ini merupakan kitab yang menggambarkan kisah angelofani (penampakan malaikat) paling jelas dalam Kitab Suci. Melalui St. Rafael, Allah akan mengulurkan tangan kepada setiap orang yang berseru kepadaNya, sehingga pada akhirnya orang akan memuji-muji nama Allah ( Lihat Tob 12: 17-22)

Kaplet ini terdiri dari medali St. Rafael, 3 butir manik-manik untuk menghormati St. Maria, Ratu Para Malaikat dan 9 butir manik-manik untuk menghormati ke sembilan paduan suara malaikat.
Pada medali, ucapkan doa ini:
Engkaulah Rafael sang Penyembuh
Engkaulah Rafael sang Penuntun
Engkaulah Rafael sang Pendamping
Yang senantiasa menyertai manusia saat ia menderita.

Pada ketiga butir manik-manik, daraskan 3 Salam Maria untk menghormati St. Maria, Ratu Para Malaikat. Sedangkan pada ke sembilan butir manik-manik, daraskan doa berikut:
Kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa,
Surga dan bumi penuh kemuliaanMu,
Kemuliaan kepada Bapa, kemuliaan kepada Putera, kemuliaan kepada Roh Kudus.

Doa penutup ( pada medali pusat ):
St. Rafael, malaikat kesehatan, cinta, kegembiraan dan terang, doakanlah kami. Amin.

LITANI ST. rAFAEL
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, dengarkanlah kami.
Kristus, kabulkanlah doa kami.
Allah Bapa di surga, kasihanilah kami.
Allah Putera, Penebus Dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami.
Tritunggal Mahakudus, Tuhan yang Mahaesa, kasihanilah kami.
Yesus, Raja Para Malaikat, kasihanilah kami.
Santa Maria, Ratu Para Malaikat, doakanlah kami.
St. Rafael, Malaikat Agung, doakanlah kami.
St. Rafael, yang namanya berarti: Penyembuhan Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, yang tinggal bersama para malaikat yang baik dalam Kerajaan Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, satu dari ketujuh malaikat yang berada di hadirat Yang Mahatinggi, doakanlah kami.
St. Rafael, yang melayani Allah di surga, doakanlah kami.
St. Rafael, utusan mulia dan perkasa Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, utusan mulia dan perkasa Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, yang setia pada kehendak Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, yang menunjukkan doa-doa Tobit kepada Allah, doakanlah kami.
St. Rafael, teman seperjalanan Tobia, doakanlah kami.
St. Rafael, yang menjaga para sahabat dari bahaya,  doakanlah kami.
St. Rafael, yang menemukan isteri yang pantas bagi Tobia, doakanlah kami.
St. Rafael, yang membebaskan Sara dari roh-roh jahat, doakanlah kami.
St. Rafael, yang menyembuhkan Tobit dari kebutaan, doakanlah kami.
St. Rafael, penuntun dan pelindung perjalanan kami dalam kehidupan, doakanlah kami.
St. Rafael, penolong yang kuat dalam kesusahan, doakanlah kami.
St. Rafael, penakluk iblis, doakanlah kami.
St. Rafael, penuntun dan penasehat orang muda, doakanlah kami.
St. Rafael, pelindung jiwa-jiwa yang murni, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat pelindung kaum muda, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat kegembiraan, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat perjumpaan-perjumpaan yang bahagia, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat percintaan suci, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat para pencari pasangan hidup, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat kehidupan keluarga, doakanlah kami.
St. Rafael, pelindung keluarga kristen, doakanlah kami.
St. Rafael, pelindung orang-orang yang bepergian, doakanlah kami.
St. Rafael, malaikat kesehatan, doakanlah kami.
St. Rafael, dokter surgawi, doakanlah kami.
St. Rafael, penolong orang buta, doakanlah kami.
St. Rafael, penolong orang sakit, doakanlah kami.
St. Rafael, penghibur orang yang berduka, doakanlah kami.
St. Rafael, pertolongan di saat ajal, doakanlah kami.
St. Rafael, bentara rahmat, doakanlah kami.
St. Rafael, pembela gereja, doakanlah kami.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, selamatkanlah kami, ya Tuhan.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, kasihanilahkami.
Kristus, dengarkanlah kami.
Kristus, kabulkanlah doa kami.
P: Doakanlah kami St. Rafael Malaikat Agung yang mulia.
U: Supaya kami layak menikmati janji-janji Kristus.

Marilah berdoa:
Ya Allah, Engkau yang dengan murah hati mengutus Malaikat Agung St. Rafael sebagai teman seperjalanan Tobia, anugerahilah kami hamba-hambaMu, agar kami selalu menikmati perlindungannya dan dikuatkan oleh pertolongannya, dengan perantaraan Kristus Tuhan Kami. Amin.

tambahan:

MADAH ST. RAFAEL
Ya Kristus, kemuliaan paduan suara surgawi
Pencipta dan Penebus manusia yang terberkati
Anugerahi kami, agar kelak sampai ke rumah terang
Dan dalam kemuliaanMU beristirahat tenang.
Dan Rafael, penyembuh jiwa,
Biarlah ia turun dari istana cahaya yang suci
Untuk menyembuhkan segala penyakit dan menuntun kami
Menunjukkan jalan dalam tiap kebimbangan.
Juga padamu, Perawan Murni, Puteri Surga,
Bunda Cahaya dan Ratu Perdamaian, turunlah,
Bawalah sertamu bala tentara  surga nan gemilang
Untuk menolong kami dan membela.
Curahkanlah rahmat ini bagi kami, ya Bapa mulia,
Dan Engkau, ya Putera yang lahir dari kekal,
Bersama Engkau, Roh Kudus dari Keduanya
Yang kemuliaannNya memenuhi dunia. Amin.

Pesta para Malaikat Agung (St. Mikhael, St. Gabriel dan St. Rafael): 29 September.

Tuesday, April 3, 2012

Kisah dibalik lukisan Perjamuan Terakhir Yesus karya Leonardo Da Vinci

Kisah Di Balik Lukisan Perjamuan Terakhir Lukisan ‘Perjamuan Terakhir’ dilukis oleh Leonardo Da Vinci, seorang artis Italia yang terkenal. Lukisan ini dibuat selama 7 tahun, dan menggambarkan 12 rasul serta Yesus sendiri yang sedang mengadakan perjamuan terakhir. Mereka ini dilukis berdasarkan model orang-orang yang hidup. Pertama-tama, Da Vinci memilih untuk melukis Kristus. Ratusan anak muda diamati untuk mencari pola wajah dan kepribadian yang cocok, tidak terlalu tercemar oleh dosa.

Akhirnya setelah berminggu-minggu, ada seorang anak muda berusia 19 tahun yang terpilih menjadi model diri Yesus Kristus dalam lukisan tersebut. Selama enam bulan, Da Vinci melukis karakter ini dengan serius. Selama enam tahun , Da vinci melanjutkan pekerjaannya. Satu demi satu, dia mencari tokoh-tokoh yang tepat untuk dilukis sebagai perlambang kesebelas rasul.

Akhirnya tinggal tokoh Yudas Iskariot sebagai tahap akhir dari mahakaryanya. Yudas Iskariot ? Dia adalah murid yang mengkhianati Yesus dengan imbalan 30 keping perak atau setara nilainya dengan US$16,95. Selama berminggu-minggu, Da Vinci mencari orang berwajah keras, bertampang penipu dan suka mengkhianati teman sendiri.

Akhirnya dia menemukan sesosok pria di penjara bawah tanah di Roma. Orang tersebut dijatuhi hukuman mati sebagai seorang penjahat dan pembunuh. Ketika Da Vinci melihatnya dalam kegelapan bawah tanah, dia melihat pria yang tak terurus, berewokan dan rambutnya yang tidak disisir, menutupi raut mukanya. Seraut wajah yang melukiskan sifat yang sangat kejam dan bejat. Inilah sosok yang dapat mewakili karakter Yudas dalam lukisan, pikir Da Vinci. Atas seijin raja, tahanan ini dibawa ke Milan untuk dilukis.

Selama enam bulan tahanan ini duduk di hadapan Da Vinci. Saat menyelesaikan sapuannya yang terakhir, Da Vinci berkata kepada pengawal, “Saya sudah selesai. Bawalah tahanan ini keluar.” Saat itu, si tahanan mendadak melepaskan diri dari pengawasan si pengawal dan berlari menuju ke Da Vinci seraya menangis, “Oh, Da Vinci, pandanglah saya ! Apakah anda tidak tahu siapa diri saya sebenarnya ?” Dengan mata tertatih, Da Vinci mengamati wajah si tahanan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Tidak, saya tidak pernah melihat anda sebelumnya hingga anda diijinkan ke luar dari penjara bawah tanah Roma.”

Sambil menengadahkan wajah ke atas, tahanan itu menangis dan berdoa, “Ya Tuhan, apakah saya sudah terjatuh begitu dalamnya ?” Lalu dia memandang kembali si pelukis dan sambil menangis dia berkata, “Da Vinci, saya adalah anak muda yang pernah anda lukis 7 tahun yang lalu sebagai perlambang Yesus !”

Inilah kisah nyata di balik lukisan ‘Perjamuan Terakhir’, yang mengajar kita tentang besarnya pengaruh pemikiran yang benar dan yang salah bagi seseorang. Anak muda yang tadinya begitu murni dan tidak terlalu tercemar oleh dosa-dosa dunia, tujuh tahun kemudian jatuh ke dalam dosa dan kejahatan. Dia pun berubah, dari perlambang Yesus, menjadi perlambang karakter seorang Yudas Iskariot.

Monday, January 2, 2012

Tukang Arloji - Cerita Natal


Di Jerman tinggal seorang tukang arloji. Namanya Herman Josep. Dia tinggal di sebuah kamar yang sempit. Di kamar itu ada sebuah bangku kerja, sebuah lemari tempat kayu dan perkakas kerjanya, sebuah rak untuk tempat piring dan gelas serta tempat tidur lipat di bawah bangku kerjanya.

Selain puluhan arloji yang sudah dibuatnya tidak ada barang berharga lain di kamarnya. Di jendela kaca kamar itu Herman menaruh sebuah jam dinding paling bagus untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat. Herman adalah seorang tukang arloji yang miskin. Pakaiannya compang-camping. Tetapi dia baik hati. Anak-anak di sekitar rumah menyukainya. Kalau permainan mereka rusak, Herman biasa diminta memperbaiki. Herman tak pernah minta satu sen pun untuk itu. “Belilah makanan yang enak atau tabunglah uang itu untuk hari Natal.” Ini jawaban yang Herman selalu berikan.

Sejak dulu penduduk kota itu biasa membawa hadiah Natal ke kathedral dan meletakkannya di kaki patung Maria yang sedang memangku bayi Yesus. Setiap orang menabung supaya bisa memberi hadiah yang paling indah pada Yesus. Orang-orang bilang, kalau Yesus suka hadiah yang diberikan kepada-Nya, Ia akan mengulurkan tangan-Nya dari pelukan Maria untuk menerima bingkisan itu. Tentu saja ini legenda. Belum pernah terjadi bayi Yesus dalam pelukan Maria mengulurkan tangan menerima bingkisan Natal untuk-Nya.

Meskipun begitu penduduk kota itu selalu berusaha membawa bingkisan yang paling indah. Para penulis puisi membuat syair-syair yang aduhai. Anak-anak juga tidak ketinggalan. Setiap orang berlomba memberikan yang terbaik pada Yesus di Hari Natal. Siapa tahu, kata mereka, Yesus mengulurkan tangan menerima pemberian itu. Orang-orang yang tidak punya bingkisan, pergi ke Gereja untuk berbakti pada malam Natal sekaligus menilai bingkisan mana yang terindah. Herman, tukang arloji, adalah salah seorang yang hanya pergi untuk berbakti dan menonton.

Pernah ada seorang teman mencegah Herman dan bertanya: “Kau tidak tahu malu. Tiap tahun kau tak pernah membawa bingkisan Natal buat Yesus?” Pernah satu kali panitia Natal bertanya: “Herman! Mana bingkisan Natal darimu? Orang-orang yang lebih miskin dari kau saja selalu bawa.” Herman menjawab: “Tunggulah, satu ketika saya akan bawa bingkisan.” Tapi sedihnya, tukang arloji ini tak pernah punya apa-apa untuk Yesus. Arloji yang dibuatnya dijual dengan harga murah. Kadang-kadang ia memberikan gratis pada orang yang benar-benar perlu.

Tetapi dia punya ide. Tiap hari ia bekerja untuk bingkisan natal itu. Tidak satu orangpun yang tahu ide itu kecuali Trude, anak perempuan tetangganya. Trude berumur 7 tahun waktu ia tahu ide Herman. Tetapi setelah Trude berumur 31 tahun bingkisan itu belum selesai. Herman membuat sebuah jam dinding. Mungkin yang paling indah dan belum pernah ada. Setiap bagian dikerjakan dengan hati-hati dan penuh kasih. Bingkainya, jarum-jarumnya, beratnya, dan yang lainnya diukir dengan teliti. Sudah 24 tahun Herman merangkai jam dinding itu.

Masuk tahun ke-25 Herman hampir selesai. Tapi dia juga masih terus membantu memperbaiki mainan anak-anak. Perhatiannya pada hadiah Natal itu membuat dia tidak punya cukup waktu untuk buat arloji dan menjualnya. Kadang Herman tidur dengan perut kosong. Ia makin tambah kurus tetapi jam dindingnya makin tanbah cantik. Di jam dinding itu ada kandang, Maria sedang berlutut di samping palungan yang di dalamnya terbaring bayi Yesus. Di sekeliling palungan itu ada Yusuf serta tiga orang Majus, gembala-gembala dan dua orang malaikat. Kalau jam dinding itu berdering, orang-orang tadi berlutut di depan palungan Yesus dan terdengar lagu “Gloria in Excelsis Deo”.

“Lihat ini!” kata Herman pada Trude. “Ini berarti bahwa kita harus menyembah Kristus bukan hanya pada hari Minggu atau hari raya tetapi pada setiap hari dan setiap jam. Yesus menunggu bingkisan kita setiap detik.” Jam dinding itu sudah selesai. Herman puas. Ia menaruh benda itu di jendela kaca kamarnya supaya bisa dilihat orang. Orang-orang yang lewat berdiri berjam-jam mengagumi benda itu. Mereka sudah menduga bahwa ini pasti bingkisan Natal dari Herman. Hari Natal sudah tiba. Pagi itu Herman membersihkan rumahnya. Ia mengambil pakaiannya yang paling bagus. Sambil bekerja ia melihat jam dinding itu. Ia takut jangan-jangan ada kerusakan. Dia senang sekali sehingga ia memberikan uang yang dia miliki kepada pengemis-pengemis yang lewat di rumahnya.

Tiba-tiba ia ingat, sejak pagi dia belum sarapan. Ia segera ke pasar untuk membeli sepotong roti dengan uang terakhir yang ada padanya. Di lemarinya ada sebuah apel. Ia mau makan roti dengan apel itu. Waktu dia buka pintu, Trude masuk sambil menangis. “Ada apa?” tanya Herman. Suami saya mengalami kecelakaan. Sekarang dia di RS. Uang yang kami tabung untuk beli pohon Natal dan kue harus saya pakai untuk bayar dokter. Anak-anak sudah menuggu hadiah Natal. Apa lagi yang harus saya berikan untuk mereka?”

Herman tersenyum. “Tenanglah Trude. Semua akan beres. Saya akan jual arloji saya yang masih sisa. Kita akan punya cukup uang untuk beli mainan anak-anak. Pulanglah.”

Herman mengambil jas dinginnya lalu pergi ke pasar dengan satu jam tangan yang unik. Ia tawarkan jam itu di toko arloji. Tapi mereka tidak berminat. Ia pergi ke kantor gadai tapi pegawai-pegawai bilang arloji itu kuno. Akhirnya ia pergi ke rumah walikota. “Tuan, saya butuh uang untuk membeli mainan bagi beberapa anak. Tolong beli arloji ini?” Pak walikota tertawa. “Saya mau beli arloji tetapi bukan yang ini. Saya mau jam dinding yang ada di jendela kaca rumahmu. Berapapun harganya saya siap.” “Tidak mungkin tuan. Benda itu tidak saya jual.””Apa? Bagi saya semua mungkin. Pergilah sekarang. Satu jam lagi saya akan kirim polisi untuk ambil jam dinding itu dan kau dapat uang 1000 dolar.”

Herman pergi sambil geleng-geleng kepala. “Tidak mungkin! Saya mau jual semua yang saya punya. Tapi jam dinding itu tidak. Itu untuk Yesus.” Waktu ia tiba dekat rumah, Trude dan anak-anaknya sudah menunggu. Mereka sedang menyanyi. Merdu sekali. Baru saja Herman masuk, beberapa orang polisi sudah berdiri di depan. Mereka berteriak agar pintu dibuka. Jam dinding itu mereka ambil dan uang 1000 dolar diberikan pada Herman. Tetapi Herman tidak menerima uang itu. “Barang itu tidak saya jual. Ambillah uang itu,” teriak Herman sedih. Orang-orang itu pergi membawa jam dinding serta uang tadi. Pada waktu itu lonceng gereja berbunyi. Jalan menuju kathedral penuh manusia. Tiap orang membawa bingkisan di tangan.

“Kali ini saya pergi dengan tangan kosong lagi”, kata Herman sedih. “Saya akan buat lagi satu yang lebih cantik.” Herman bangkit untuk pergi ke gereja. Saat itu ia melihat apel di dalam lemari. Ia tersenyum dan meraih apel itu. “Inilah satu-satunya yang saya punya, makanan saya pada hari natal. Saya akan berikan ini pada Yesus. Itu lebih baik dari pada pergi dengan tangan kosong.”

Katedral penuh. Suasana bukan main semarak. Ratusan lilin menyala dan bau kemenyan terasa di mana-mana. Altar tempat patung Maria memangku bayi Yesus penuh dengan bingkisan. Semuanya indah dan mahal. Di situ juga ada jam dinding buatan tukang arloji itu. Rupanya Pak walikota mempersembahkan benda itu pada Yesus. Herman masuk. Ia melangkah dengan kaki berat menuju altar dengan memegang apel. Semua mata tertuju padanya. Ia mendengar mereka mengejek, makin jelas. “Cih! Dia memang benar-benar pelit. Jam dindingnya yang indah dia jual. Lihatlah apa yang dia bawa. Memalukan!”

Hati Herman sedih, tetapi ia terus maju. Kepalanya tertunduk. Ia tidak berani memandang orang sekeliling. Matanya ditutup. Tangan yang kiri diulurkan ke depan untuk membuka jalan. Jarak altar masih jauh. Herman tahu bahwa ia harus naik anak tangga untuk sampai ke altar. Sekarang kakinya menyentuh anak tangga pertama. Herman berhenti sebentar. Ia tidak punya tenaga lagi. Sejak pagi dia belum makan apa-apa. Ada tujuh anak tangga. “Dapakah saya sampai ke altar itu?”

Herman mulai menghitung. Satu! Dua! Tiga! Empat! lalu ia terantuk dan hampir terguling ke bawah. Serentak semua orang berkata: “Memalukan!” Setelah mengumpulkan sisa tenaga Herman bergerak lagi. Tangga kelima. Kedengaran suara mengejek: “Huuuu…!” Herman naik setapak lagi. Tangga keenam. Omelan dan ejekan orang-orang berhenti. Sebagai gantinya terdengar seruan keheranan semua orang yang hadir. “Mujizat! Sebuah mujizat!!!”

Hadirin seluruhnya turun dari kursi dan berlutut. Imam merapatkan tangannya dan mengucapkan doa. Herman, tukang arloji yang miskin ini menaiki anak tangga yang terakhir. Ia mengangkat wajahnya. Dengan heran ia melihat patung bayi Yesus yang ada di pangkuan Maria sedang mengulurkan tangan untuk menerima bingkisan Natal darinya. Air mata menetes dari mata tukang arloji itu. Inilah hari Natal yang paling indah dalam hidupnya.

- Diterjemahkan oleh: Eben Nuban Timo dari buku “Het Hele Jaar Rond. Van sinterklaas tot sintemaarten.” Disunting oleh Marijke van Raephorst (Rotterdam: Lemniscaat, 1973), hal. 61-66.